RSUD Sulbar Beberkan Ada 31 Pasien di Tangani IGD Hingga Sarankan ke Rumah Sakit Terdekat

0

Mamuju, Sulbarpost.com -Direktur RSUD Provinsi Sulawesi Barat, dr. Hj. Marintani Erna Dochri, didampingi sejumlah dokter dan manajemen rumah sakit, memberikan klarifikasi kepada awak media terkait pemberitaan tentang dugaan penolakan pasien yang berujung kematian. Pernyataan tersebut disampaikan pada Selasa malam, 22 April 2025.

Dia menjelaskan bahwa saat kejadian, dirinya masih berada di kantor hingga malam dan tidak menerima laporan atau koordinasi mengenai pasien yang disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit lain.

“Ada SOP komunikasi berjenjang, tetapi dalam kondisi darurat, staf bisa langsung meminta saran dan petunjuk kepada saya agar dapat diambil tindakan secepatnya,”* ungkapnya.

Pihak manajemen RSUD Sulbar menyayangkan tidak adanya koordinasi saat itu dan menyampaikan belasungkawa serta permohonan maaf atas kejadian tersebut.

Marintani menegaskan akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk mencegah terulangnya kasus serupa. Dia juga mengakui keterbatasan sumber daya dan kapasitas ruang IGD yang menjadi alasan pasien disarankan ke rumah sakit terdekat.

Menurut penjelasan penanggung jawab jaga IGD, dr. Yana, pasien tiba pada sore hari sekira pukul 17.00 WITA. Saat itu, IGD dalam kondisi overcapacity dengan 31 pasien, sementara tim medis hanya terdiri dari empat perawat dan satu dokter.

“Kami sama sekali tidak menolak pasien, tetapi karena tempat tidur dan fasilitas penuh, kami terpaksa meminta pengantar membawa pasien ke rumah sakit terdekat, kami menyampaikan permohonan maaf,” jelas dr. Yana.

Dia menambahkan, saat tiba, pasien mengalami luka berdarah namun masih dalam keadaan sadar (GCS 15) dan dinilai masih memungkinkan untuk dirujuk. Pasien kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Polda Sulbar.

Disadur dari internet: GCS 15 adalah skor tertinggi dalam Glasgow Coma Scale (GCS), yang menunjukkan pasien dalam keadaan sadar penuh dan responsif sempurna.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, pasien sempat mendapatkan perawatan di RS Bhayangkara selama kurang lebih satu jam sebelum akhirnya meninggal dunia.

“Pasien sempat ditangani di sana, dipasang infus, dibersihkan lukanya, dan kesadarannya masih bagus karena bahkan bisa melepas jaket sendiri,”pungkas dr. Yana. (**/Adv)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *